keperawatan isolasi sosial

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ISOLASI SOSIAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing: Suyamto, A.Kep., M.Kep

KELAS IIB
Aprilia Mugiastuti 2620152672
Bagus Bima Pradega 2620152675
Eci Susiani 2620152679
Nurul Khikmah 2620152699
Safira Galuh Febriana 2620152712
Vista Febriastuti 2620152713

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat makalah asuhan keperawatan pasien isolasi sosial tepat pada waktunya.
Makalah  ini sengaja disusun guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah yakni mata kuliah Keperawatan Jiwa serta agar selanjutnya makalah ini dapat menjadi pedoman atau dapat dipelajari dengan mudah oleh mahasiswa.Maka kami menyusun makalah ini agar dapat lebih mempermudah pembaca dalam memahami tentang isolasi sosial.


Yogyakarta, April 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
halaman
halaman judul i
kata pengantar ii
daftar isi iii

BAB  I   PENDAHULUAN 1
Latar Belakang
Rumusan masalah 1
Tujuan 1

BAB II TINJAUAN TEORI
Pengertian
Rentang Respon Sosial
Pohon Masalah
Proses Terjadinya Masalah
Tanda dan Gejala
Faktor Prepitasi
Komplikasi
Mekanisme Koping
Penatalaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Isolasi Sosial

BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran  
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan sosial atau status kesehatan seseorang sejalan dengan perkembangan teknologi dapat dikatakan makin banyak masalah yang harus dihadapi dan diatasi seseorang serta sulit tercapainya kesejahteraan hidup. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1.7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali danJawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang pernah memasung AnggotaRumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat 14,3 % dan terbanyak pada pendudukyang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok yang penduduk dengankuintal indeks kepemilihan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mentalemosional pada penduduk Indonesia 6,0 %. Provinsi dengan pravalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2013).
Menurut penelitian yang telah dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2007) di berbagai negara menunjukkan, sebesar 20-30 % pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi. 
Berdasarkan grafik kunjungan pasien rawat jalan di rumah sakit jiwa seluruh indonesia tercatat sejak 2005 hingga 2009 pasien bertambah. Pada 2005 tercatat ada 9.841 pasien. Pada 2006 menjadi 11.675 pasien. Setahun kemudian, tercatat ada 14.064 pasien. Pada 2008 ada 17.822 pasien. Sedangkan pada 2009, meningkat lagi menjadi 19.936 pasien.
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial: Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berintraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,tidak diterima, kesepian dan tidak mampu menbina hubungan yang berarti dengan orang lain.

Rumusan Masalah
Apa pengertian Isolasi Sosial ?
Bagaimana rentang respon sosial ?
Bagaimana pohon masalah pada isolasi sosial ?
Bagaimana proses terjadinya masalah pada isolasi sosial ?
Bagaimana tanda dan gejala isolasi sosial ?
Apa faktor prepitasi isolasi sosial ?
Apa saja komplikasi pada isolasi sosial ?
Bagaimana mekanisme koping isolasi sosial ?
Bagaimana penatalaksanaan pasien isolasi sosial ?
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial ?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Isolasi Sosial 
Untuk mengetahui rentang respon sosial 
Untuk mengetahui masalah pada isolasi sosial 
Untuk mengetahui proses terjadinya masalah pada isolasi sosial 
Untuk mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial 
Untuk mengetahui faktor prepitasi isolasi sosial
Untuk mengetahui komplikasi pada isolasi sosial 
Untuk mengetahui mekanisme koping isolasi sosial 
Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien isolasi sosial 
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial 

BAB II
TINJAUAN TEORI

Pengertian 
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan soaial (Depkes RI, 2000).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhdap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. (Dalami dkk, 2009)

Rentang Respon Sosial
Respon Adaptif Respon Maladaptif  


Menyendiri/solitude - Merasa sendiri - Manipulatif 
Otonomi (Ioneliness) - Umpulsif 
Bekerjasama - Menarik diri - Narcissism
(mutualisma) - Tergantung (dependen) 
Saling tergantung 
(Interdependen)
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku. Respon ini meliputi: 
Menyendiri/solitude : respon seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan cara mengevalusi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. 
 Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. 
Kebersamaan : kondidisi hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan menerima
 Saling tergantung (Interdependen) : suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal

Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesikan masalah yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya. Respon yang sering ditemukan: 
Manipulasi : orang lain diberlakukan sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain
Impulsive : tidak mampu merencanakan sesuat, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan
Narkisisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak mendukung.


Pohon Masalah

Proses Terjadinya Masalah 
Pattern of parenting (pola asuh) 
Misal: pada anak yang kelahirannya tidak dikehendaki (unwanted child) akibat kegagalan KB, hamil diluar nikah, jenis kehamilan yang tidak di inginkan, bentuk fisik kurang menawan menyebabkan keluarga mengeluarkan komentar-komentar negative, merendahkan, menyalahkan anak. 
Inffective coping (koping individu tidak efektif)
Misal: saat individu menghadapi kegagalan menyalahkan orang lain, ketidakberdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari lingkungan, terlalu tingginya self ideal dan tidak mampu menerima realitas dengan rasa syukur. 
Lack of development task (gangguan tugas perkembangan)
Misal: kegagalan menjalani hubungan intim dengan sesama jenis atau lawan jenis, tidak mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, bekerja, bergaul, bersekolah, menyebabkan ketergantungan pada orang tua, rendahnya ketahanan terhadap berbagai kegagalan.
Stessor internal and external (stres internal dan eksternal)
Misal: stres terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas terjadi akibat berpisahan dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang yang dicintai.

Tanda dan Gejala
Gejala subjektif:
Klien menceritaan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Respons verbal kurang dan sangat singkat
Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain 
Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu 
Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan 
Klien merasa tidak berguna 
Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup 
Klien merasa ditolak 

Gejala objektif :
Klien banyak diam dan tidak mau bicara 
Tidak mengikuti kegiatan 
Banyak berdiam diri dikamar 
Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
Klien tampak sedih, ekspresi datar dandangkal
Kontak mata kurang 
Kurang spontan 
Apatis (acuh terhadap lingkungan)
Ekspresi wajah kurang berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri 
Mengisolasi diri 
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
Masukkan makanan dan minuman terganggu 
Retensi urin dan feses 
Aktivitas menurun
Kurang energy (tenaga)
Rendah diri 
Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/ janin (khususnya pada posisi tidur)




Faktor Prespitasi
Adapun faktor prespitasi adalah dibagi atas 2, yaitu: 
Faktor Presipitasi 
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam perasaan adalah: 
Kehilangan ketertarikan yang nyata  atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting. 
Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempuyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah. 
Peran dan ketegangaan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi terutama pada wanita.
Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat mencetus gangguan alam perasaan (Stuart, 1998).

Faktor predisposisi 
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
Faktor perkembangan 
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri. 
Faktor biologik 
Faktor genetik dapat menunjang terhadap reson sosial maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skisofrenia.
Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart dan Sundeen,1998).

Faktor lain 
Faktor genetik dianggap mempunyai transmin gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.
Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukan pada diri sendiri.
Teori kehilangan objek merasakan kepada perpisahan traumatik individu dengar benda atau yang sampai sangat berarti.
Teori organisasi kepribadian mengenai bagian konsep yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi  sistem keyakinan penilaian seseorag terhadap dirinya.
Metode kongnitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kongnitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri dunia seseorang di masa depan seseorang.
Metode ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukkan bahwa semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mampu mengendalikan terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya. Oleh karena itu dia menolak respon dan adaktif. 
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial yang mengasumsikan keinginan penyebab depresi terlacak pada kerangka keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. 
Metode biologi menguraikan perubahan kimia dalam tubuh terjadi selama masa depresi, termasuk depresi katakoloni, disfungsi endoktrim dan variasi periodik serta irama biologis.

Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Dalami, 2009).

Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan adalah Regrasi, Represi, dan Isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreatifitas untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti kesenian musik atau tulisan. (Stuart and sundeen, 199).

Penatalaksanaan
Teraphy Farmakologi 
Electri Convulsive Therapy
Electri Convulsive Therapy (ECT) atau yang lebih di kenal dengan elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang mengunakan energi shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditunjukkan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri  pada dosis terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist italia Ugo Cerletti dan Lucio Bini pada tahun 1930. Diperkirakan hampir juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan  intensitas antara 2-3 kali seminggu. 
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi (Therapeutic Clonic Seizure) setidaknya selama 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belumdapat dijelaskan dengan memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat meningkatkan kadar serum Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) pada pasien depresi yang tidak  responsif terhadap terapi farmakologis. 
Theraphy Kelompok 
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukkan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapis atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal.
Therapy Lingkungan 
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang. 

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Isolasi  Sosial
Pengkajian
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial, kita dapat menggunakan wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah : pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
Pasien merasa tidak an berada dengan orang lain.
Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
Pasien merasa tidak berguna.
Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Pertanyaan berikut ini yang dapat saudara tanyakan pada waktu wawancara untuk mendapatkan data subyektif :
Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya (keluarga atau tetangga) ?
Apakah pasien mempunyai teman dekat ?  Bila punya siapa yeman dekat itu ?
Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya ?
Apa yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya?
Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien ?
Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang disekitarnya ?
Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu ?
Apakah ada perasaan ragu untuk melanjutkan kehidupan ?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi :
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tak ada kontak mata
g. Tampak sedih, afek tumpul

Diagnosa Keperawatan 
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Carpernito,2000). Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya. Masal keperawatan yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah: 
Isolasi sosial menarik diri 
Harga diri rendah 
Koping keluarga inefektif
Gangguan komunikasi verbal 
Intoleransi aktivitas 
Defisit perawatan diri 
Koping individu inefektif 
Regiment therapeutik inefektif 
Resiko tinggi perilaku kekerasan 
Perubahan persepsi 

Rencana Tindakan Keperawatan 
Tindakan keperawatan untuk pasien 
Tujuan 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu:
Membina hubungan saling percaya 
Menghindari penyebagian isolasi sosial
Berinteraksi dengan orang lain
Rencana tindakan :
Membina hubungan saling percaya 
Tindakan yang harus dilakuakan dalam membina hubungan saling percaya adalah:
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien 
Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama pangilan yang saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama pangilan pasien
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan: apa yang saudara akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana
Jelaskan bahwa sodara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap  pasien 
Penuhi kebutuhan dasar pasien memungkinkan
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu, saudara sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan perawat progran asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial 
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut: 
Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
Menanyakan apa yang menyebabkan pasientidak ingin berinteraksi dengan orang lain 
Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain. Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan. Dilakukan dengan cara: 
Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien 
Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Kita tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu kita dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan kita pada awalnya, tetapi setelah itu kita harus membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang disekitarnya.
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat kita lakukakan sebagai berikut: 
Beri kesempatan pasien untuk mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan perawat
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau keluarga)
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksidengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya. 
Tindakan keperawatan dengan pendekatan Strategi Pelaksanaan (SP)
Untuk Pasien 
SP 1 Pasien: membina hubungan saling percaya membantu pasien  mengenal pennyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan, sebagai berikut: 
Sp 2 Pasien: Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama – seorang perawat)
SP 3: Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang pasien)
untuk keluarga
Tujuan:
Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
Tindakan :
Melatih keluarga merawat paaien yang mengalami gangguan isolasi sosial. Keluarga merupakan sistemvpendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi:
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
Menjelaskan tentang :
Madalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien
Penyebab isolasi sosial
Mendiskusikan cara-cara merawat pasien dengan gangguan isolasi sosial, antara lain:
Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji, Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar, Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah
Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien
Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi.
Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga.
Strategi Pelaksanaan
SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien .
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga 
Evaluasi 
Evaluasi yang dapat dilakukan meliputi :
Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
Harga diri pasien meningkat
Pasien dapat melakukan interpersonal dengan orang lain
Pasien dapat melakukan kegiatan mandiri
Persiapan berinisiatif untuk berkomunikasi/melakukan komunikasi secara verbal.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan soaial (Depkes RI, 2000).Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
Dalam memberikan perawatan pada klien dengan gangguan isolasi sosial, perlu diajarkan sosialisasi secara bertahap dan terapi aktifitas kelompok untuk meningkatkan interaksi dan sosialisasi klien.Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan gangguan isolasi sosial, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat/petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. 

SARAN 
Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien jiwa dengan seoptimalmungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.Banyak klien dirumah sakit jiwa yang jarang dikunjungi keluarga, hendaknya pihak rumah sakit melibatkan keluarga dalam proses perawatan klien dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.


Bagi Klien dan Keluarga
Hendaknya sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap, serta perlunya pemahaman keluarga tentang perawatan klien dengan isolasi sosial menarik diri dirumah secara tepat agar klien selalu dapat berinteraksi dengan orang lain.

Bagi perawat 
Hendaknya dalam merawat klien dengan isolasi sosial menarik diri dilakukan secara itensif dengan melakukan interaksi yang singkat tapi sering sehingga masalah–masalah yang dialami klien menarik diri dapat teratasi dengan baik.




Komentar

  1. Slots - Casino & Racing | DRMCD
    › casino-and-racing › casino-and-racing Enjoy our 경기도 출장샵 exciting collection of slots games at DRMCD today. Play free games online. 포항 출장샵 No Download required. 안성 출장안마 Try 의정부 출장안마 the demo and read 청주 출장샵 more.

    BalasHapus

Posting Komentar